Sabtu, 12 September 2015

Liputan 2 Magang Wartawan Jawa Pos Radar Solo

HARI PERTAMA PUASA, CFD SEPI
SOLO- Sesuai keputusan pemerintah pusat, awal bulan Ramadhan tahun iani jatuh pada hari minggu, 29 Juni 2014. Hal ini berdampak pada beberapa kegiatan masyarakat, salah satunya di sektor ekonomi seperti halnya di kota Solo.
Suasana CFD (Car Free Day) kota Solo pada (29/6) minggu pagi terlihat berbeda dari CFD sebelumnya. Jika biasanya terlihat banyak orang-orang yang datang sekedar untuk berkumpul atau untuk berolahraga, namun kali ini suasananya terlihat lebih sepi dari biasanya. Hal ini dikarenakan bertepatan dengan hari pertama bulan puasa.
Hal ini terlihat dari beberapa lahan parkir yang ada terlihat sepi akan motor yang parkir. Ibu Lilis, seorang petugas parki yang mencari nafkah di area CFD menuturkan bahwa pengunjung yang datang ke CFD kali ini menurun drastis, “Yang datang hari ini sedikit, mungkin hanya 10% dari biasanya”, ucapnya.
Pemandangan lain juga terlihat di CFD kali ini, stand/ warung makanan yang biasanya memadati kawasan City Walk kali ini terlihat sepi dan kosong.rupanya para penjual makanan di kawasan CFD sengaja tidak berjualan untuk menghormati datangnya bulan suci ramadhan.“Memang pedagang disini sudah sepakat semua untuk tidak berjualan untuk menghormati bulan puasa”, ujar si petugas parkir.
Agus, seorang penjual batagor dikawasan tersebut juga mengatakan bahwa CFD kali ini terlihat sepi pengunjung. Namun ia juga merasa senang karena saingan dalam berjualan menjadi berkurang. “Saya sih senang tapi kan rezeki sudah adayang ngatur”, tanggapnya. (mg3/mg7/wa).


Liputan 2 Magang Wartawan Jawa Pos Radar Solo
Minggu, 29 Juni 2014

Liputan 1 Magang Wartawan Jawa Pos Radar Solo

Kerja Bakti Polisi di Masjid Agung Surakarta

            SOLO – Bulan Ramadan, bulan yang penuh dengan kesucian dan kepedulian. Kepedulian tidak hanya kepada sesama, kepedulian terhadap lingkungan juga ditunjukkan oleh segenap jajaran Polresta Surakarta dalam acara kerja bakti yang berlangsung di halaman Masjid Agung, Surakarta, Jumat (27/6).
            Kerja bakti yang dimulai pada pukul 07.30 dilakukan dengan membersihkan halaman depan dan sekitar Mesjid Agung Surakarta. “Kegiatan ini melibatkan semua jajaran polsek yang ada di Surakarta dengan Polsek Pasar Kliwon sebagai leadernya” Ujar Kapolsek.
            Menurut sumber AKP Nur Afandi sebagai Kapolsek Pasar Kliwon, selain untuk menyambut Ramadan, acara tersebut diadakan dalam rangka HUT Bhayangkara kepolisian, juga sebagai bentuk anjangsana karya bakti serta ikut berpartisipasi dengan lingkungan sekitar. Beliau mengatakan, “Kegiatan ini diadakan dalam rangka HUT Bhayangkara ke-68 dan menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatannya itu banyak, diantaranya bersih-bersih tempat ibadah, kemarin (26/ 6) di Gereja St. Maria Regina, Purbowardayan, dan sekarang di Masjid Agung Surakarta. Dan kegiatan ini diikuti oleh sekitar 150 personil dari semua polsek dan polres.”
Selain tujuan diatas, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepedulian kebersihan terhadap lingkungan. Pihak kepolisian sendiri berencana untuk membersihkan seluruh bagian masjid, namun karena bertepatan dengan hari Jum’at dan takut mengganggu proses sholat Jum’at, mereka hanya membersihkan halaman disekitar masjid. (mg3/mg7/wa)


 Liputan 1 Magang Wartawan Jawa Pos Radar Solo
Jumat, 27 Juni 2014

Cerpen Derai Langit Sinar Pelangi

Derai Langit Sinar Pelangi

           
Semerbak wanginya tercium erat oleh hidung kecil wanita bernama Angin. Wanita ceria,riang, dan penuh dorongan imajinasi akan cita-citanya yang sangat tinggi dan mulia.
Angin sangat kagum dengan keindahannya, ya, keindahan bunga mawar merah. Bunga itu tumbuh beriringan dengan rerumputan di halaman belakang rumah.  Bunga yang dapat membuatnya terbaring pulas bersatu dengan hangatnya rerumputan membawa Angin semakin mengindahkan wewangian bunga mawar merah itu.
Bunga mawar merah, bagi Angin bukan sekedar tanaman hias di pekarangan rumah saja. Bunga itu menjadi impian hidupnya. Bunga yang ditanam oleh sang kekasih sejak sebelum dia pergi untuk proyek kerja yang lumayan lama. Sebagai gantinya, bunga mawar merah tersebut yang menemani hari-hari Angin tanpa sang kekasih, sebut saja Warna.
Sudah bulan yang ke delapan, Angin menikmati berkah dan rahmat Tuhan di dalam perutnya tanpa kehadiran Warna di sisinya. Warna yang sudah berjanji akan segera pulang untuk menyaksikan anaknya dilahirkan setelah pekerjaannya terselesaikan. Angin terlalu cemas, mengharapkan kekasihnya segera pulang menemaninya di bulan-bulannya melahirkan anak mereka nantinya, dan tidak berharap Warna akan terlambat menyaksikkan buah cinta mereka menghirup nafas Tuhan untuk pertama kalinya.
Sudah bulan ke sembilan lebih lima hari....
Seperti janjinya, Warna datang untuk melihat orang-orang yang disayanginya berjuang menlalui waktu,mereka adalah Angin dan calon buah cintanya. Warna datang dengan setangkai bunga Mawar Merah segar yang baru dia petik dari pekarangan rumah. Bunga tersebut akan diberikan kepada Angin sebagai penyemangat Angin untuk berjuang melahirkan buah cinta mereka.
Bunga ini adalah semangatku, perjuangan kita, sabar sayang, kamu pasti bisa” Bisik Warna sesaat sebelum dirinya diperintahkan oleh dokter untuk keluar dari kamar persalinan.
“Iyaaaaa sayang...”. Sahut Angin dengan tersenyum melihat Warna berjalan perlahan keluar dari kamarnya, meninggalkan setangkai bunga Mawar Merah untuk dirinya, sebagai semangatnya.
Waktu berjalan sangat lama...
Anda harus masuk membantu istri anda pak!” Kata sang dokter kepada Warna. Muncul pikiran buruk atas persalinan ini, entah apa yang terjadi nanti, Warna hanya bisa berpasrah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Iya dokter!” Tanpa berpikir panjang Warna bergegas masuk kamar operasi, dan menggenggam kedua tangan Angin yang dikepalkan oleh bunga Mawar Merah.
Kamu bisa sayang, kamu pasti bisa, coba kamu bayangkan, aku, kamu, dan anak-anak kita nantinya berkumpul dalam satu lingkaran membaringkan diri di rerumputan pekarangan rumah, menengadah ke langit, dengan harumnya bunga Mawar Merah kesukaanmu sayang, apakah kau bisa bayangkan itu? Kamu bisa sayang....” Seru dukungan dan impian Warna kepada Angin.
 Kehadiran Warna menemani Angin disisinya, membuat Angin merasa tenang.  Meskipun raganya tidak sanggup lagi, karena Angin mengandung dua buah bayi kembar, perlu usaha keras untuk melahirkan bayi kembar, namun jiwanya bangkit oleh karena impian mereka berdua.
“oek.. oek...oek...”  Suara bayi yang pertama adalah bayi laki-laki. Warna lega, namun Angin masih harus mengeluarkan banyak tenaga untuk bayinya yang kedua.
Dan akhirnya, bayi kedua yang merupakan bayi perempuan akhirnya dilahirkan. Tim dokter, Warna, dan terutama Angin mengucap syukur atas kelahiran bayi kembar Warna dan Angin.
Semingu berlalu...
Sekian waktu berlalu lamanya, kedua bayi Warna dan Angin belum juga diberikan nama. Sampai pada suatu ketika, Warna membawa keluarga kecilnya pada sebuah taman pekarangan yang terbuka, dengan taman bunga Mawar Merah, beralaskan rerumputan dan dikelilingi pemandangan gunung, sungai dan sawah serta cerahnya angkasa setelah hujan turun sore itu.
“Mari kita bersanding sebentar ditempat ini ..” Kata Warna kepada Angin sambil menggendong kedua bayi kecilnya.
Iya sayang, tapi mengapa kau ajak aku dan kedua bayimu di tempat terbuka ini, sementara hujan deras sempat datang tadi” Tanya Angin.
“Janganlah kau takut sayangku, hujan tidak akan datang lagi, sudahkah kau lihat cerahnya bentangan angkasa saat ini?” Jawab Warna kepada Angin.
Aku tahu, tapi di tempat terbuka ini, kita membawa dua bayi, apakah tidak kau hiraukan kondisi bayi kita? ” Tanya Angin kembali.
Justru itu sayangku, saat ini, aku ingin mengindahkan suasana dan saat yang cerah ini ke dalam sebuah nama untuk bayi-bayi kita berdua. Akankah kau juga setuju denganku? apa yang kau lihat indahkanlah kepada bayi laki-laki ini, akan aku indahkan bayi perempuan yang satu lagi sayangku..” Jelas Warna dengan maksudnya mengajak keluarga kecilnya ke taman.
Rasa cinta Angin yang besar kepada Warna, membuatnya semakin kagum akan kehadiran Warna di sisinya.
Ya, aku setuju sayang, akan kuberi nama bayi laki-laki ini Langit, karna aku kagum oleh megahnya angkasa dengan biru cerah langit di dalamnya, oh tidak, kuberi nama dia Derai Langit, karna langit yang elok tidak akan pernah datang tanpa hadirnya derai-derai hujan yang mengawalinya. Derai Langit anak laki-laki kita, Warna sayang...” Ucap Angin kepada Warna.
Sungguh nama yang bagus untuk anak laki-laki kita sayang, sekarang giliranku, karna dia di lahirkan setelah Langit lahir, akan kuberi dia dengan nama Pelangi. Pelangi datang setelah hujan pergi menghilang, dan pelangi datang mewarnai langit yang biru cerah menjadi lebih indah dengan kehadiran mereka berdua di angkasa. Aku ingin keduanya saling melengkapi membuat kesempurnaan untuk sekitarnya. Dan sepertinya nama Sinar Pelangi menjadi lebih sempurna, dengan sinarnya yang berwarna menerangi dunia setelah hujan pergi. “  Terang Warna kepada Angin.
Dan sampai pada akhirnya, nama untuk kedua bayi Warna dan Angin diberikan. Bayi yang pertama diberi nama Derai Langit yang berarti langit yang cerah setelah bunyi  gemercik air hujan terdengar oleh Angin. Dan bayi yang kedua, perempuan diberi nama Sinar Pelangi yang memberi harapan yang baik untuk menyinari dunia setelah hujan pergi melalui warna-warna indah pelangi.
Keluarga kecil Warna dan Angin hidup bahagia dengan kedua anaknya yang bernama Derai Langit dan Sinar Pelangi. Harapan jauh Warna dan Angin menginginkan kedua anaknya untuk terus hidup berdampingan, karena sinar pelangi akan membuat derai langit menjadi indah, dan derai langit akan memunculkan keelokkan melalui macam warna sinar pelangi.



Skh, 27/06/2013

F Chrysnha Pradipha